Sahabat Tetap Sahabat
Pia dan Bram sudah cukup lama bersahabat. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Mereka juga sering mencurahkan isi hatinya satu sama lain. Persahabatan mereka sangatlah indah. Tetapi, akhir-akhir ini terjadi keanehan di antara mereka berdua.
Kebetulan, rumah mereka berdekatan, sehingga pada setiap malam Minggu mereka selalu nongkrong bareng atau pergi malmingan bareng. Hingga pada suatu malam, Bram mengajak Pia untuk membahas tentang hubungan persahabatannya.
"Pia .. gue mau ngomong sesuatu," kata Bram sambil menatap Pia.
"Pia .. gue mau ngomong sesuatu," kata Bram sambil menatap Pia.
"Gini lho .. kita kan uda bersahabat lama banget kan .." sahut Bram dengan serius.
"Iya Bram, kita uda hampir 5 tahun bersahabat .." jawab Pia sambil menepuk pundak Bram.
"Gue pengen persahabatan kita tu ga putus, gue pengen persahabatan kita bertahan sampai akhir hidup kita nanti.. gue ngga mau kehilangan lo.." jelas Bram menatap sementara Pia dengan penuh makna.
"Oke Bram, persahabatan kita ngga akan putus sampai akhir hayat, gue juga pengen banget" sahut Pia sambil tersenyum manis.
"Ehmm..Pia, sebenernya tu gue mau ngomong sesuatu ke lo, emmm..............." (tiba-tiba dari kejauhan, mama Pia berteriak-teriak menyuruh Pia untuk pulang karena malam semakin larut) . Akhirnya pun, Pia segera pulang ke rumah. Kalau ngga pulang, dia pasti akan dimarahin dan pasti dilarang untuk maen malam-malam lagi. Sesampainya di rumah, Pia segera menarik selimut dan beranjak tidur.
Keesokan harinya, Pia bangun pagi-pagi dan langsung mengambil handuk untuk mandi. Karena, hari Minggu ini, Pia akan pergi jalan-jalan dengan Bram berdua. Diambilnya sebuah kerudung segi empat biru toska yang digunakan untuk menutupi rambut panjangnya. Kemudian, Pia langsung menuju ruang makan untuk sarapan pagi. Setelah selesai, Pia berpamitan kepada mama nya kalau mau pergi bersama Bram.
Mereka sudah menyepakati ketemuan di tempat biasanya mereka menongkrong, yaitu di bawah pohon karsen dekat taman. Pia datang duluan ke tempat itu, sudah beberapa menit menunggu, belum nampak juga sosok seorang Bram. Pia sempat gelisah. Tetapi, di tengah kegelisahannya itu, Bram datang dengan sangat tergesa-gesa.
"Hai Pia ! sory, gue terlambat" kata Bram sambil ngos-ngosan.
"Iyalah gapapa, gue khawatir banget sama lo..kenapa ga nongol-nongol.." wajah Pia dengan ekspresi khawatir.
"Kenapa khawatir? tadi tu gue nembel ban dulu. Soalnya tadi bocor di jalan." jelas Bram.
"Ya khawatir aja, takut terjadi apa-apa sama kamu," jawab Pia sambil tersenyum.
"Terima kasih Pia, lo peduli banget sama gue. Pia, aku sayang kamu." sahut Bram sambil tersenyum manis.
"Aku juga sayang kamu kok. Eh, kapan mau berangkat Bram?" tanya Pia sambil melirik ke jam tangannya.
"Ayo !! sekarang aja Pia !! Nanti malah keburu siang lagi" jawab Bram.
"ohh oke.. come on !!" sahut Pia sambil berjalan menuju sepeda motor.
Mereka pun segera berangkat. Mereka akan pergi ke Dieng Plateau, Wonosobo. Mereka sangat tertarik karena pemandangannya sangat mempesona. Selain itu, udaranya juga sangat sejuk, itulah yang membuat mereka sangat tertarik untuk mengunjunginya.
Tak lama kemudian, Pia dan Bram sudah memasuki daerah desa wisata Dieng Plateau. Setelah melakukan perjalanan cukup lama, akhirmya sampailah mereka di tempat yang di tunggu-tunggu. Pertama, mereka mengunjungi Telaga Warna. Di sana, terjadi suatu keanehan diantara mereka berdua.
"Wow !! amazing banget pemandangannya Bram!" Kata Pia sambil mem-foto pemandangannya.
"Iya, bener banget. Pia, bay the way.. lo ada perasaan suka ya sama gue?"tanya Bram yang sangat mengejutkan Pia.
"Hah?!? kenapa lo tanya gitu Bram?? Gue tu ga memendam rasa suka ke lo. Gue tu pengen kita ga ada masalah. Besahabat terus sampai besok nanti." Pia menepuk bahu bertanggung jawab sementara Bram.
"ehmm, kalo suatu saat nanti lo mau ngga jadi pacar gue?" sahut Bram lirih.
"Apa? Lo barusan bilang apa? Ngga jelas Bram. Ulangin sekali lagi deh." jawab Pia sambil memasang kedua telinganya.
"Ful mengapa .. hati .. hati saya betapa pentingnya hhehe" kata Jill dengan pengasinan.
"Haduh .. gimana sih.. .. Bram Bram .." ejek Pia.
Pia dan Bram duduk berdua di tepi danau sambil menikmati indahnya pesona alam yang ada di depan matanya.
Pia dan Bram duduk berdua di tepi danau sambil menikmati indahnya pesona alam yang ada di depan matanya.
Sebenarnya, apa yang dikatakan Pia tadi tidak benar. Pia sebenarnya ada rasa suka kepada Bram, tapi Pia tidak mengaku karena Pia ingin mempertahankan persahabatannya yang sudah terjalin cukup lama itu. Begitu juga dengan Bram, dia ternyata juga ada rasa suka kepada Pia. Tapi Bram bingung gimana cara ngungkapinnya. Karena Bram juga ingin mempertahankan persahabtannya itu. Mereka saling memendam perasaan satu sama lain. Entah sampai kapan perasaan itu akan terpendam.
Pada suatu malam, saat sedang duduk di teras rumah, Bram datang menghampiri Pia. Tampaknya, Bram ingin mengungkapkan sesuatu kepada Pia.
"Halo Pia, kok sendirian sih " Sapa Bram dari kejauhan.
" Eh, haii.. sini Bram, temenin gue. Gue kesepian nih. Kok tumben maen ke rumah gue?" tanya Pia.
"Pia, sebenernya gue datang ke rumah lo tu ada maksudnya, ngga sekedar maen aja Pia." jelas Bram sambil duduk di dekat Pia.
"Ada maksud apa?" Tanya Pia penasaran.
"Pia, kita emang sudah bersahabat cukup lama. Kemaren gue juga bilang ke lo kalau pertemanan kita ngga akan putus sampai akhir hayat. Tapi, selama ini gue memendam perasaan ke lo Pia. Gue uda ngga betah buat memendam perasaan ini. Dan gue putusin untuk ngomong hal ini ke lo malam ini. Gue suka sama lo. Rasa sayang gue ke lo tu lebih dari rasa sayang kepada seorang sahabat. Lo mau ngga jadi paa ... caarr .. guue ?? " Jelas Bram dengan sangat sangat serius dan suara terbata-bata.
"hahh?? emmmm... gimana ya Bram. Gue bingung mau ngejelasin gimana. Emm, Bram, gue ga mau kalo persahabatan kita putus sampai disini. Gue mau persahabatan kita bertahan sampai akhir hayat kita. Kalau misalnya kita pacaran, persahabatan kita akan putus sampai disini. Padahal kalo pacaran tu pasti ada aja masalah. Kalau nanti uda putus, kita pasti kayak ngga kenal lagi Bram. Gue ngga mau hal itu terjadi. Gue harap lo tau maksud gue. Sebenarnya, gue juga sayang lo lebih dari sayang seorang sahabat Bram. Gue selama ini juga memendam perasaan suka sama lo. Tapi, karena gue ngga mau persahabatan kita putus, gue memilih memendam perasaan ini entah sampai kapan. Sebelumnya minta maaf Bram, gue ngga bisa nerima lo. Karena gue lebih nyaman kalau lo menjadi sahabat terbaik + teristimewa gue. Sory banget Bram." Sahut Pia dengan sangat serius juga.
"Oke Pia, gue tau kok maksud lo. Setelah gue pikir-pikir, keputusan lo saat ini tu benar kok. Kita seharusnya emang mengutamakan persahabatan daripada pacaran. Jika pacaran pasti ada putusnya, pasti ada masalah. Jika persahabatan ngga akan ada putusnya, kalau ada masalah juga dapat diselesaikan dengan baik-baik. Sekarang gue sadar, begitu berartinya seorang sahabat dalam hidup gue. Sahabatlah yang selalu menemani gue, menasehati gue, mengungkapkan pehatianya sama gue. Terimakasih Pia, jawaban lo tadi uda menyadarkan gue tentang pentingnya persahabatan." Jawab Bram sambil menatap Pia.
" Oke Bram, santai aja.. So, kita tetep bersahabat kan? Bersahabat sampai akhir hayat. Best friend for now, and forever. " Sahut Pia sambil tersenyum
Akhirnya, mereka tetap bersahabat selamanya sampai akhir hayat. Mereka sudah bisa mempertahankan janji mereka sebelumnya. Begitu berharganya seorang sahabat dalam kehidupan kita. Sahabat yang selalu menemani kita disaat kita suka maupun duka. Sahabat yang selalu menasehati kita. Sahabat juga yang selalu memarahi kita jika ada kesalahan. Itulah cara sahabat mengungkapkan rasa sayangnya kepada kita.
TAMAT